Seks merupakan energi psikis yang ikut mendorong manusia untuk bertingkah laku. Baik bertingkah laku di bidang seks maupun bertingkah laku di kegiatan-kegiatan non-seksual. Selain itu, seks merupakan suatu mekanisme bagi manusia agar mampu mengadakan keturunan atau mengabadikan jenisnya. Pria dan wanita yang mempunyai hubungan yang sifatnya erotis disebut sebagai relasi seksual. Dengan relasi seksual ini, kedua belah pihak menghayati bentuk kenikmatan dan puncak kepuasan seksual atau orgasme. Hubungan seksual antara dua jenis kelamin yang berlainan disebut sebagai relasi hetero-seksual. Sedangkan jika dilakukan oleh dua jenis kelamin yang sama disebut relasi homoseksual.
Relasi seksual harus dilakukan dalam batas-batas norma etis/susila, sesuai dengan norma masyarakat dan norma agama. Artinya, hubungan seks hanya boleh dilakukan dalam satu ikatan yang teratur, yaitu dalam ikatan perkawinan yang sah. Bentuk relasi seksual yang abnormal dan perverse (buruk, jahat) adalah relasi seks yang tidak bertanggung jawab dan didorong oleh kompulsif-kompulsif dan dorongan-dorongan yang abnormal.
Hubungan relasi seksual yang abnormal dan perverse ini biasanya banyak dilakukan oleh para remaja. Hal ini dapat terjadi karena selain banyaknya pengaruh-pengaruh, seperti blue film juga karena telah matangnya masa pubertas dan adolesensi yang ditandai oleh menstruasi atau haid pada anak gadis. Oleh karena itu, seorang remaja harus selalu mendapat pengarahan dan bimbingan mengenai pendidikan seks (sex education) agar mereka tidak terjerumus dalam pergaulan yang salah. Kalau para remaja bisa sampai terjerumus dalam masalah-masalah penyimpangan seksual, itu akan sangat berbahaya dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan masa depannya. Pada dasarnya penyimpangan seksual adalah tindakan atau perilaku seksual yang tidak sewajarnya atau tidak selayaknya untuk dilakukan, terutama oleh para remaja yang masih membutuhkan banyak pembelajaran dan bimbingan. Berikut akan dijelaskan mengenai masalah-masalah penyimpangan seksual (abnormalitas seksual) yang biasa dilakukan oleh remaja.
1. Perversi Seksual dan Beberapa Permasalahannya
Ketidakwajaran seksual (sexual perversion) mencakup perilaku-perilaku seksual atau fantasi-fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi di luar hubungan kelamin heteroseksual, dengan jenis kelamin yang sama, atau dengan partner yang belum dewasa, dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum.
Mencoloknya penyimpangan seksual ini sangat bergantung pada:
a. Struktur kepribadian seseorang dan perkembangan pribadinya.
b. Menetapnya (fixity) kebiasaan yang menyimpang.
c. Kuatnya tingkah laku seksual yang menyimpang.
d. Sikap pribadi individu yang bersangkutan terhadap gejala penyimpangannya.
e. Adanya sekaligus perilaku-perilaku seksual yang menyimpang lainnya, yang paralel tumbuhnya.
Perilaku seksual yang menyimpang atau abnormal ini lebih banyak dikuasai oleh kebutuhan-kebutuhan neorotis dan dorongan-dorongan nonseksual daripada kebutuhan erotis. Sedangkan pada tingkah laku seksual yang normal dan sehat dikuasai oleh kebutuhan-kebutuhan untuk saling memuaskan, saling memberi, dan saling menerima kasih sayang dan kenikmatan.
Sebab-sebab penyimpangan seks mencakup faktor intrinsik dan ekstrinsik.
a. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor hereditas atau keturunan yang berupa predisposisi dan konstitusi jasmaniah dan mentalnya. Faktor intrinsik juga mencakup faktor genetis dan predisposisi hormonal.
§ Faktor Genetis
Faktor genetis berperan penting dalam pemunculan gejala homoseksualitas. Walaupun dalam beberapa kasus juga bisa terjadi lewat identifikasi yang sangat intens, atau lewat imitasi terhadap kebiasaan lingkungan khusus. Jadi, ada sensitisasi/pemekaan individu terhadap pengaruh-pengaruh lingkungan tertentu.
§ Faktor Predisposisi Hormonal
Pada masa prinatal, faktor-faktor endokrin, konstitusi pembawaan, dan beberapa basis biologis bisa menumbuhkan tingkah laku seksual yang menyimpang. Cairan dan kelanjar endokrin pada fase-fase pertumbuhan yang kritis, bisa ikut mempengaruhi arah dari dorongan-dorongan seksual dan tingkah laku dimorfik seksual (dua jenis kelamin, jenis kelamin ganda) pada manusia.
b. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik yang sangat penting adalah relasi anak – orang tua. Menurut teori psikoanalisa, kondisi penentu pada tingkah laku seksual yang menyimpang itu sudah diletakkan pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Maka, gangguan dalam relasi anak – orang tua yang sifatnya tidak harmonis, kontroversal, kejam, penuh kemunafikan, tidak adanya relasi yang baik antara ayah dan anak laki-laki, dan konstelasi keluarga yang patologis, semuanya menjadi fasilitas atau predisposisi untuk perkembangan penyimpangan-penyimpangan seksual. Sedangkan menurut teori belajar sosial, pola tingkah laku menyimpang ini dipelajari oleh anak melalui pengalaman-pengalaman belajar sosial atau buah dari proses belajar pada awal kehidupannya sebagai anak-anak dalam suatu keluarga.
Jadi, perilaku peranan-seks yang menyimpang pada masa kanak-kanak itu bisa tegar dan terus berlangsung sebagai perilaku peranan-seks yang abnormal pula pada masa kedewasaan (ada perkembangan psikoseksual yang abnormal). Oleh karena itu, interaksi-interaksi tingkah laku yang buruk anatara anak dengan orang tua dan dengan lingkungan sekitar itu jelas memainkan peranan penting sekali dalam membentuk perkembangan psikoseksual pribadi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab penyimpangan seksual adalah sebagai berikut:
a. Sebab genetis atau faktor-faktor konstitusional yang herediter atau komprehensi.
b. Pengalaman-pengalaman anak pada usia kanak-kanak yang sangat muda (tahun-tahun awal perkembangannya).
c. Proses belajar secara umum selama masa kanak-kanak.
d. Kejadian-kejadian yang berasosiasi dengan awal tingkah laku seksual pada usia pubertas dan adolesensi.
Pada umumnya, abnormalitas dalam pemuasan dorongan seksual dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu sebagai berikut:
a. Ada dorongan-dorongan seksual yang abnormal.
b. Ada partner seks yang abnormal.
c. Ada cara-cara yang abnormal dalam pemuasan dorongan seksualnya.
2. Abnormalitas Seks Disebabkan oleh Dorongan Seksual yang Abnormal
Hal-hal yang termasuk dalam kelompok abnormalitas seksual jenis ini dan yang sering atau biasa dilakukan oleh remaja, adalah sebagai berikut:
a. Pelacuran (Prostitusi)
Pelacuran merupakan bentuk penyimpangan seksual berupa penukaran kenikmatan seksual dengan benda-benda/materi dan uang, dengan pola organisasi impuls-impuls/dorongan seks yang tidak wajar, dan dorongan seks yang tidak terintegrasi dalam kepribadian, sehingga relasi seks itu sifatnya impersonal, tanpa afeksi, dan emosi (kasih sayang), berlangsung cepat, tanpa mendapatkan orgasme dari satu pihak atau pihak lain.
Pelacur wanita disebut sebagai prostituee, pelacur, atau wts (wanita tunasusila). Sedang pelacur laki-laki disebut sebagi gigolo atau pts (pria tunasusila).
b. Promiskuitas (Promiscuity)
Promiscuity ialah hubungan seks secara bebas dan awut-awutan dengan siapapun juga, dengan banyak orang. Merupakan tindak seksual immoril, terang-terangan, dan tanpa malu-malu, sebab didorong oleh nafsu-nafsu seks yang tidak terintegrasi, tidak “matang/dewasa”, dan tidak wajar.
Sifat promiskuitas tidak jauh berbeda dengan ciri-ciri praktek prostitusi. Penganut-penganut promiscuity menuntut untuk diberikan kebebasan seks secara ekstrim dalam iklim cinta bebas dan seks bebas. Dengan jalan ini, para penganutnya ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman seksual yang intensif dan eksesif, tanpa dibatasi oleh norma-norma sosial dan tabu-tabu agama, yang mengatur kebebasan manusia dalam relasi seksnya.
Promiscuity dapat mengakibatkan mental yang labil, menumbuhkan sikap tidak bertanggung jawab, dan memupuk pola hidup semau gue secara seksual yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kedewasaan.
c. Seduksi (Seduire) dan Perkosaan (Rape)
Seduksi merupakan bujukan dan godaan untuk mengajak partnernya bersetubuh, yang sebenarnya melanggar norma susila atau melanggar hukum. Dalam seduksi terdapat unsur-unsur paksaan halus dan tekanan-tekanan tertentu yang sifatnya kurang/tidak normal.
Perkosaan adalah perbuatan cabul, melakukan persetubuhan dengan kekerasan dan paksaan. Perkosaan merupakan perbuatan kriminal yang dikecam oleh masyarakat dan bisa dituntut dengan hukuman berat. Perkosaan selalu didorong oleh nafsu-nafsu seks yang sangat kuat atau abnormal, dibarengi emosi-emosi yang tidak dewasa dan tidak adekuat. Biasanya dimuati unsur-unsur kekejaman dan sifat sadistis.
d. Frigiditas
Frigiditas atau kebekuan adalah ketidakmampuan wanita mengalami hasrat-hasrat seksual atau mengalami orgasme selama bersenggama. Maksudnya adalah wanita yang bersangkutan tersebut kurang sekali atau justru tidak tertarik sama sekali pada masa seks dan relasi seks atau tidak mampu menghayati orgasme dalam coitus.
Sebab-sebab frigiditas ialah:
- Secara organis. Terdapatnya kelainan pada rahim dan vagina sehingga penderita tidak mampu melakukan coiutus secara normal.
- Relasi sosial. Terdapatnya hubungannya dengan partner seks yang tidak baik atau penderitanya dihinggapi rasa antipati dan androfobia (takut pada laki-laki) sehingga tidak bisa mengadakan jalinan efeksi dengan seorang pria.
- Sebab psikologis (oleh faktor psikogen). Misalnya ada rasa bersalah dan berdosa, rasa cemas dan rasa takut yang kronis, sehingga yang hal ini menghalang-halangi wanita tadi untuk menjalani relasi efektif dengan seorang pria atau suaminya.
e. Ejakulasi Prematur
Ejakulasi Preumatur adalah pembuangan sperma yang terlalu dini atau terlalu cepat, berlangsung sebelum zakar melakukan penetrasi dalam vagina sanggama atau berlangsung ejakulasi beberapa detik sesudah penetrasi. Maksudnya adalah terlampau cepatnya mengeluarkan sperma pada saat intromissi dan pihak pria tidak mampu menahan dorongan ejekulasi didalam vagina beberapa detik.
Pada umumnya ejakulasi premature disebabkan oleh rasa tidak aman dan rasa kurang percaya diri. Peristiwa demikian biasanya disebabkan oleh kegagalan-kegagalan tertentu dalam karirnya. Dan bisa pula disebabkan oleh rasa-rasa berdosa atau bersalah pada partner seks yang bersangkutan.
f. Copulatory Impotency dan Psychogenic Aspermia
Capulatory impotency atau impotensi kaitan ialah kemampuan pria untuk mengadakan ereksi yang akan terjadi setelah zakar masuk dalam vagina dan tiba-tiba zakar menjadi lemah dan lemas. Penyebab utamanya adalah, kecemasan yang takut dan berdosa yang tidak disadari atau secara sadar pria tersebut tidak mau memberikan kepuasan kepada istrinya.
Psychogenic aspermia adalah peristiwa tidak keluarnya air mania tau sperma yang disebabkan oleh terjadinya non-sekresi (tidak mampu mengeluarkan benih) atau tidak mampu menabur benih. Penyebab lain dari kelainan ini adalah karena pria tadi tidak tertarik pada partner seksnya sehingga dia tidak bisa menghayati orgasme dalam coitus. Atau bisa juga disebabkan sikap narsisti dan tidak hangat dalam pergaulan sehingga tidak ada relasi seks yang simpatik, hangat, dan mesra.
g. Nymfomania
Nymfomania adalah peristiwa gejala seksualitas pada wanita yang memiliki nafsu seksual kegila-gilaan serta patalogis, dan dorongan seks yang luar biasa yang ingin melampiaskan nafsu seksnya berulangkali tanpa terkendali.
Sebab-sebab Nymfomania antara lain:
§ Kekurangan kasih sayang dan kehangatan emosional pada masa kanak-kanak sehingga gadis tersebut selalu marasa lapar cinta dan lapar seks.
§ Adanya perasaan “sexual lag behind”, yaitu merasa selalu kekurangan atau ketinggalan pengalaman seks di masa remaja sehingga perlu dikejar sekarang di usia dewasa.
§ Sebagai kompensasi pembalasan terhadap seseorang yang dibencinya atau pria bekas kekasihnya yang tidak setia.
§ Selalu diliputi ketegangan-ketegangan emosional yang ingin disalurkan dengan relasi seks yang tanpa terkendali.
§ Timbul keinginan-keinginan rasional untuk dipuja-puja dan dicintai oleh banyak orang, terutama oleh banyak pria.
h. Satyriasis
Satyriasis atau satryromania adalah keinginan seks yang tidak kunjung puas, patologis dan luar biasa besarnya pada seorang pria. Disebut pula hiperseksual pria. Penyebabnya adalah adanya ereksi atau ketegangan zakar atau penis secara terus-menerus yang biasanya tidak disertai dorongan atau nafsu seks.
i. Vaginismus
Vaginismus ialah urat yang sangat menyakitkan pada vagina. Peristiwa vaginismus bisa timbul karena spontan tanpa ada sadaran, bisa reflektif sewaktu zakar mengeluarkan penetrasi air mani atau berlangsung pada waktu diadakan pemeriksaan ginekologis.
Macam-macam vaginismus:
§ Vaginismus refleksi primer, yang terjadi pada saat melakukan senggama untuk pertama kali.
§ Vaginismus refleksi sekunder, yang disebabkan karena adanya kelainan somatis atau gangguan organis.
§ Vaginismus psikogen primer, yang disebabkan oleh psikis seperti ketakutan dan kecemasan yang hebat, rasa-rasa berdosa, dan lain-lain.
§ Vaginismus psikogen sekunder, yang disebabkan adanya rasa antipasti atau rasa tidak mapan terhadap partner seksnya.
j. Dispareuni
Dyspareunia adalah adanya kesulitan dalam melakukan senggama atau merasakan sakit pada saat bersenggama. Rasa sakit ini terjadi pada saat pria mengadakan emission (pengeluaran air mani) atau karena adanya transudasi (keluarnya lender pelican) yang berkurang.
k. Anorgasme
Anorgasme ialah ejakulasi dini (pengeluaran mani) tanpa mengalami puncak kepuasan seksual atau orgasme pada pihak pria. Namun anorgasme sering pula darasakan oleh banyak pihak wanita. Penyebab anorgasme adalah factor-faktor psikis, seperti perasaan-perasaan yang tidak mapan terhadap partner seksnya.
3. Abnormalitas Seks Disebabkan Adanya Partner Seks yang Abnormal
Hal-hal yang dimasukkan dalam abnormalitas seksual jenis ini antara lain adalah sebagai berikut:
a. Homoseksualitas
Istilah homosexual atau homoseksualitas merupakan suatu istilah untuk menunjukkan adanya dorongan seksual dan tingkah laku seksual terhadap orang lain dari kelamin sejenis.
Ekspresi homoseksualitas ada tiga, yaitu sebagai berikut:
§ Aktif, bertindak sebagai pria yang agresif
§ Pasif, bertingkah laku dan berperan pasif-feminim seperti wanita
§ Bergantian peranan, kadang jadi pria kadang jadi wanita
Faktor-faktor penyebab homoseksualitas antara lain:
§ Factor herediter berupa ketidak seimbangan hormon-hormon seks.
§ Pengaruh lingkungan yang tidak baik.
§ Seseorang selalu mencari kepuasan relasi homoseks, karena ia pernah menghayati pengalaman-pengalaman homoseks yang menggairahkan pada saat remaja.
§ Seorang anak laki-laki pernah mengalami pengalaman yang traumatis dengan ibunya yang mengakibatkan timbulnya kebencian/antipati pada ibunya bahkan wanita.
b. Lesbianism
Lesbianisme adalah homoseksual di kalangan wanita. Pada umumnya cinta homoseksual wanita (lesbianisme) itu sangat mendalam dan lebih hebat daripada cinta heteroseksual. Meskipun pada hubungan ini sering tidak diperoleh kepuasan seksual yang wajar. Cinta lesbian tadi biasanya juga lebih hebat daripada cinta di kalangan homoseksual diantara kaum pria.
Manifestasi lesbianisme yang sangat khas adalah, kedua partner wanita itu selalu berganti peranan, secara bergantian berganti peranan sebagai laki-laki dan oeranan wanita. Biasanya yang melakukan peranan pria bersikap maskulin, aktif dan sadis sedang partnernya yang memainkan peranan wanita bersikap pasif femenin.
c. Bestiality
Bestiality adalah relasi seksual dan kepuasan seksual dengan jalan melakukan persetubuhan dengan binatang. Penyimpangan seksual seperti ini banyak terjadi di daerah-daerah medan perang dan di desa-desa terpencil yang dihuni oleh sedikit wanita dan banyak pria. Ada kalanya pola bestialitas yang menetap (fixed) dipakai sebagai substitute atau mekanisme pengganti untuk menghindari hubungan heteroseksual, karena pria tersebut takut mengalami kegagalan dan kekcewaan dalam bercoitus dengan wanita.
d. Zoofilia
Zoofilia adalah bentuk cinta yang sangat mesra dan abnormal pada binatang. Rasa tertarik yang luar biasa pada binatang. Kepuasan seksual zoofilia antara lain dilakukan dengan tidur bersama dengan binatang kesayangannya, membelai-belai binatang, menciumi dan memanipulasi tubuh binatang itu.
e. Nekrofilia
Nekrofilia adalah fenomena hubungan seks dan menikmati orgasme dengan mayat. Maksudnya rasa tertarik secara seksual pada mayat. Praktek nekrofilia disebabkan antara lain oleh adanya rasa inferior yang begitu hebat yang dialami pelaku karena trauma yang serius sehingga dia tidak berani mengadakan relasi seks dengan seorang wanita yang masih hidup.
f. Pornografi dan Obscenity
Pornografi adalah lektur/bacaan yang immoril, berisikan gambar-gambar dan tulisan yang asusila yang khusus dibuat untuk merancang nafsu seks. Sedangkan obscenity atau dukana adalah pola tingkah laku, gerak-gerik, perkataan-perkataan, dan ekspresi lainnya yang bersifat erotis, yang berlangsung secara terang-terangan atau terbuka, tidak sopan, jorok, dan menjijikkan.
g. Pedofilia
Pedofilia adalah gejala rasa tertarik dan mendapatkan kepuasan seksualpada orang dewasa dengan melakukan persetubuhan dengan anak-anak kecil. Praktek pedofilia biasanya dilakukan oleh laki-laki yang mempunyai kelainan/penyimpangan mental, bersifat psikotis, psikopat, dan alkoholik atau asusila.
Praktek pedofilia ini dapat berupa:
§ Perbuatan eksibisionistis dengan memperlihatkan alat kelamin sendiri pada anak-anak.
§ Memanipulasi tubuh anak-anak, seperti membelai-belai, menciumi, mengeloni, menimang, dan lain-lain.
§ Melakukan coitos pada anak-anak.
h. Fetishisme
Fetishisme adalah gejala abnormalitas seks dengan dorongan seks yang diarahkan pada satu benda yang dianggap sebagai substitute kekasih. Benda tadi dipuja-puja sebagai symbol seks, dianggap sebagai azimat yang disanjung-sanjung dan dihormati secara patologis, dicintai secara berlebih-lebihan. Biasanya benda tersebut berasal dari seorang kekasih yang sudah meninggal atau meninggalkan dirinya. Simbol fetishisme antara lain berupa pakaian dalam, kaus kaki, saputangan, sepatu, potret, topi, dan lain-lain. Ekspresi fetishisme ditampilkan dengan jalan membelai-belai, melihat-lihat, menciuminya; atau dipakai sebagai alat melakukan masturbasi.
i. Frottage
Frottage adalah perbuatan yang tidak wajar dimana orgasme diperoleh dengan cara menggosok-gosokkan dan meremas-remas pakaian dari seorang anggota lawan jenis kelamin. Maksudnya ialah seseorang tersebut mendapatkan kepuasan seksual dengan meraba-raba orang lain yang disenangi, biasanya tanpa sepengetahuan korbannya.
Frottage biasanya dilakukan oleh seorang yang sangat pemalu dan tidak mempunyai keberanian sama sekali untuk melakukan coitus. Dirinya diselimuti oleh perasaan rendah diri, malu, adan tidak berdaya.
j. Geronto Seksualitas
Geronto seksualitas adalah gejala seksual yang dialami oleh seorang pemuda yang lebih senang melakukan hubungan seks dengan wanita tua atau berumur lanjut. Seorang pemuda atau seorang gadis jika lebih senang menikah dengan orang yang tua renta dan lebih suka melakukan coitus dengan orang yang berusia lanjut maka biasanya dia berindikasi adanya identifikasi total dengan orang tua dan adanya dorongan atau keinginan seks sebagai substitute dari cinta kasih dari orang tuanya.
k. Incest
Incest adalah hubungan pria dan wanita di dalam atau diluar perkawinan dimana mereka terkait dalam hubungan kekerabatan atau keturunan yang dekat sekali. Incest banyak terjadi di kalangan rakyat dari tingkat social ekonomi yang sangat rendah dan pada orang-orang keturunan darah campuran. Selain itu juga banyak dijumpai di kalangan kaum bangsawan serta hartawan untuk menjamin kelangsungan drah biru atau kebangsawanannya dan menjamin terpusatnya harta kekayaan.
l. Saliromania
Saliromania adalah perilaku pria yang mendapatkan kepuasan seks dengan jalan mengotori atau menodai badan dan pakaian wanita. Hal tersebut biasanya di latarbelakangi oleh perasaan benci, dendam, dan kompulsi-kompulsi tertentu.
m. Mysofilia, Koprofilia, dan Urofilia
Mysofilia, koprofilia dan urofilia pada dasarnya adalah kelainan seksual dimana penderitanya suka melakukan dibarengi dengan kesenangan pada kotoran-kotoran atau hal-hal yang najis. Penyebabnya sejak kecil sudah mengembangkan pola asosiasi yang salah antara seksualitas dengan dosa-dosa dan kekotoran.
4. Abnormalitas Seks dengan Cara-Cara yang Abnormal dalam Pemuasan Dorongan Seksual
Hal-hal yang termasuk dalam abnormalitas jenis ini antara lain:
a. Onani atau Masturbasi
Onani atau masturbasi adalah upaya mencapai satu keadaan ereksi organ-organ kelamin dan perolehan orgasme lewat perangsangan manual dengan tangan atau perangsang mekanis. Maksudnya adalah aktivitas penodaan diri berupa penyalahgunaan seksual dalam bentuk merangsang alat kelaminnya sendiri secara manual (dengan tangan), secara digital (dengan jari-jari), atau cara lainnya.
Gejala onani pada usia pubertas banyak sekali terjadi. Hal ini disebabkan oleh kematangan seksual yang memuncak yang tidak mendapatkan penyaluran yang wajar lalu ditambah dengan rangsangan-rangsangan ekstern (berupa buku-buku dan gambar porno). Dorongan seksual pada anak-anak gadis biasanya biasanya dengan mudah disalurkan secara psikis dalam bentuk fantasi, kegelisahan, atau konflik batin.
Masturbasi pada usia kanak-kanak dan usia dewasa merupakan gejala abnormal. Sebab bisa dianggap sebagai;
§ Gejala kematangan seksual yang terlalu dini (pada anak-anak)
§ Gejala seksual yang terlambat pada usia remaja
§ Sebagai gangguan neurotis dari perkembangan emosionalnya.
Sekalipun melakukan onani itu itu pada umumnya tidak mengakibatkan produk yang patalogis, namun pelampiasan onani tanpa kendali akan berakibat buruk terhadap pembentukan watak seseorang, karena ada cara pemuasan nafsu yang terlalu murah sehingga daya tahan psikisnya menjadi makin lemah.
b. Sadisme
Sadisme ialah kelainan seksual yang diasosiakan dengan penderitaan, kesakitan dan hukuman. Bila seseorang tidak bisa merasakan kepuasan dengan melakukan relasi heteroseksual yang biasa, dan mendapatkan kepuasan seks serta marasakan orgasme denagn menyiksa partnernya secara fisik atau psikologis dengan melakukan tindak kekejaman, maka perbuatan tersebut disebut sadisme.
Sebab-sebab sadisme antara lain:
§ Pendidikan yang salah
§ Didorong oleh nafsu berkuasa yang ekstrim sehingga seseorang perlu menampilkan perbuatan kekejaman dan penyiksaan dengan partner seksnya.
§ Pengalaman yang traumatis
§ Pola kepribadian yang psikopatis
Perbuatan sadistis dalam bersenggama antara lain berupa: memukuli partnernya, menampar, menggigit, mencekik, menorah-noreh partner seksnya dengan pisau, menyayat-nyayat payudara dan perut partnernya dengan benda tajam. Atau melakukan penghinaan dengan kata-kata kotor dan sarkatis, mengancam, membentak-bentak,dan lain-lain.
c. Masokhisme
Mesokhisme merupakan lawan dari sadisme, yaitu mendapatkan kepuasan seks dan bisa merasakan orgasme dengan jalan melakukan siksaan mental dan fisi/jasmani pada diri sendiri. Artinya kelainan seperti ini di idap seseorang yang dengan sengaja membiarkan dirinya disiksa atau disakiti, baik secara fisik maupun psikologis, untuk memperoleh kepuasan seksual.
d. Voyeurisme atau Skoptofilia
Voyeurisme atau skoptofilia adalah kepuasan seksual dengan diam-diam melihat orang lain bertelanjang atau melakukan senggama atau melihat alat kelamin orang lain melalui lubang kunci atau lubang angin-angin. Menurut psiko analisa kelainan seperti ini disebabkan adanya pengalaman di masa kanak-kanak melihat orang tuanya bersenggama.
e. Ekshibisionisme Seksual
Ekshibisionisme seksual adalah gejala seseorang yang mendapatkan kepuasan seksual dengan cara memperlihatkan genitalia atau alat kelaminnya. Misalnya berlangsung di dalam bus, di jalan-jalan atau tempat-tempat umum. Penderitanya biasanya memiliki sifat pemalu, pendiam, dan pasif dan pada umunya mereka mempunyai ibu yang sangat dominan.
Penyebab sikap ekshibisionisme antara lain:
§ Perasaan tidak mapan, tidak aman rasa tersudut dan rendah diri.
§ Munculnya kompulsi-kompulsi dan dambaan untuk diperhatikan, untuk diakui kejantanannya sebagai laki-laki yang potent.
f. Trasvestitisme
Trasvetitisme adalah nafsu yang patologis untuk memakai dari lawan jenis kelaminnya, orang nya mendapatkan kepuasan seks dengan memakai pakaian dari jenis kelamin lainnya. Jadi, anak laki-laki lebih suka memakai pakaian perempuan dan sebaliknya. Pada umumnya kebiasaan tersebut sudah dimulai sejak masa kanak-kanak karena orang tuanya merasa tidak puas terhadap jenis kelamin anaknya. Lama-kelamaan anak lalu menginternalisasikan kebiasaan psikis berupa proses penggambaran diri dan pendefinisia diri menjadi pribadi jenis kelamin lawan jenisnya.
g. Transseksualisme
Transeksualisme adalah sebutan yang ditujukan untuk seorang laki-laki atau perempuan yang tidak menginginkan jenis kelamin mereka sehingga meminta untuk mengoperasi kelaminnya agar memperoleh kepuasan seksual. Biasanya orang yang minta genitalianya (alat kelaminnya) dioperasi agar diubah menjadi jenis kelamin yang berlawanan. Dalam operasi chirurgis itu, mengubah jenis kelamin laki-laki menjadi perempuan adalah lebih mudah daripada mengubah wanita menjadi laki-laki, karena penis laki-laki artificial atau buatan tidak bias berfungsi.
h. Troilisme atau Triolisme
Triolisme adalah kelainan seks berupa melakukan senggama dengan partner seksnya dengan mengikutsertakan orang lain untuk menonton dirinya. Pada umumnya orang-orang troilis ini mempunyai kehidupan seks yang tidak adekuat, tidak mapan, dan tidak dewasa. Mereka baru bias melakukan coitus jika bias membagikan pengalamannya dengan orang lain. Ada perasaan kesombongan diri untuk mengeksposekan kejantanannya terhadap partner seksnya dan kepada orang lain.
Penyimpangan seksual tidak hanya bersangkutan dengan kepuasan seksual saja, akan tetapi sering kali merupakan mekanisme pertahanan diri terhadap perasaan-perasaan tidak senang, ketakutan, kecemasan, dan rasa depresi. Sebab dan proses penyimpangan seksual jelas multifaktor sifatnya dan sangat kompleks sehingga untuk usaha penyembuhannya, di samping menggunakan pendekatan klinis, secara esensial harus menggunakan metode multidisipliner dan eklektis, antara lain dengan menggunakan metode psikoanalitis, medis, treatment behavioral, pekerjaan social, dan pendekatan social budaya.
Bagi penyimpangan seksual primer, karena terjadi kerusakan pada fungsi sistem otak biasanya digunakan cara penyembuhan medis. Pada orang-orang yang agresif secara seksual, misalnya kaum pedofilia habitual, para pemerkosa, dan psikopat, diberikan pengobatan dengan obat anti libido, yaitu hormon oestrogen. Selain itu juga dapat diberikan obat antiandrogen, yaitu cyproterone acetate dan chlormadinone yang bisa menekan dorongan-dorongan seks yang paling dasar. Obat tersebut juga dapat diberikan kepada para pasien yang mengidap terlalu banyak fantasi seksual dan mereka yang memiliki sedikit sekali kemampuan untuk mengendalikan nafsu-nafsu seksualnya. Pengobatan seperti ini digunakan untuk menjinakkan atau menenangkan pasien-pasien, dengan dibarengi pengobatan psikoterapeutik, treatmen behavioral, dan bimbingan psikis lainnya agar pasien bisa membatasi dan mengendalikan libidonya.
Sumber: Dr. Kartini Kartono. 1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: CV Mandar Maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar